Semarang,Intra62.com . Sekjend DPP AWDI Balham Wadja Apresiasi Pelestarian Tradisi Dugderan Menjelang Puasa di Semarang. Hal ini diungkapkan Balham wadja SH selepas kunjungan kerja di Kota Semarang ,Senin ( 11 /3 / 2024 ).
Tradisi budaya dalam menyambut bulan puasa ini perlu dan wajib dilestarikan ,” Ungkap Balham wadja . Pagelaran ini sangat unik karena memadukan tradisi kebudayaan islam dan peningkatan ekonomi melalui UMKM .
Pemberdayaan ekonomi melalui ekpos pagelaran UMKM dari kuliner . Dan kebutuhan sehari-hari ,ataupun mainan anak-anak di gelar di jalan masuk Masjid Kauman semarang .
Hal senada juga disampaikan oleh Anis Fuad , wakil sekjend DPP AWDI yang asli semarang menuturkan Tradisi dugderan ini sudah berlangsung ratusan tahun .
Perayaan dugderan ini berlangsung 1-2 Minggu dengan antusias warga dari berbagaikota untuk ikut datang dan meramaikan dugderan ini .
Tradisi ini diselenggarakan sekitar tahun 1862 – 1881 oleh Bupati Semarang Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat. Perayaan dugderan ini bertujuan untuk mempersatukan perbedaan pendapat di awal bulan ramadhan .
Karena waktu itu seringkali silang pendapat ditengah masyarakat mengenai awal masuknya bulan ramadhan . Sehingga sang Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo mengajak msayarakat untuk bersatu dengan acara budaya tersebut.
Dug sendiri adalah pululan bedug di masjid Kauman ,yang ditabuh 17 x dan bunyi ‘ der ” adalah bunyi meriam atau letupan petasan yang dibunyikan selama 7 x . Dan kedua bunyi tersebut dilakukan secara bersamaan ,seperti dikutib di laman kemendikbud.
Puncak Dugderan dan Ikon ” Warak Ngendok “
Puncak dari kegiatan budaya dugderan ini adalah kemeriahan bedug dan petasan . Dan masyarakat diminta berkumpul di alun – alun Masjid kauman dan mendengarkan kata sambutan dari bupati sebagai pemberitahuan awal Ramadhan .
Selanjutnya tradisi budaya diadakan kirab budaya Warak Ngendok . Ini adalah simbol yang menjadi ikon tradisi Dugderan.
Warak ngendok diilustrikan sebagai penjelmaan hawa nafsu manusia . Visualisasi bentuknya perpaduan antara naga pada bagian kepala , kambing pada bagian kaki, dan buraq di bagian badannya.
Warak Ngendok sendiri berasal dari dua kata, yakni warak yang berasal dari bahasa arab “Wara’” yang berarti suci dan Ngendok artinya bertelur. Dua kata itu bisa diartikan sebagai siapa saja yg menjaga kesucian di Bulan Ramadhan kelak akan mendapatkan pahala di hari lebaran. ( red)