INTRA62.COM | JAKARTA
Hari ini, Selasa (2 Juli 2023), telah diselenggarakan Acara Hari Lahir 1 Abad Nahdlatul Ulama.
Pesta besar berlangsung di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur.
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) meminta diberikan keberkahan kepada warga Nahdliyin dan masyarakat yang ingin mengikuti acara puncak 1 Abad NU.
Perjalanan NU sebagai organisasi kemasyarakatan sudah dimulai sejak zaman kolonial Hindia Belanda. Gerakan tersebut tumbuh dari beberapa pesantren di Jawa Timur.
Pada tahun 1916 KH Wahab Chasbullah mendirikan organisasi pergerkan bernama Nahdlatul Wathon.
Tujuannya adalah untuk mempersiapkan umat Islam untuk pertempuran fisik melawan pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Dua tahun kemudian, dua organisasi lagi dibentuk dengan tujuan membangun umat Islam.
Yang pertama adalah Taswirul Afkar, atau Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pikiran) yang fokus pada pendudukan sosial-politik Santri, dan Nahdlatul Tujjar, atau Kebangkitan Saudagar, yang bertujuan mempererat tali silaturahmi antar pengusaha muslim.
Ulama KH Hasyim Asy’ari melihat permasalahan yang dihadapi umat Islam saat itu semakin kompleks. Oleh karena itu, ia kemudian mendirikan Nahdlatul Ulama pada tahun 1926 dengan tujuan membangun umat Islam dari perspektif sosial, politik, ekonomi, dan kerugian serta mandiri dari pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Karena usaha mendirikan NU, KH Hasyim Asy’ari kemudian mendapat gelar Rais Akbar.
Baca juga: NU 1 Abad Jokowi Hadiri Puncak Perayaan
Berikut profil singkat 3 pendiri NU tersebut
1. KH Hasyim Asy’ari
H Hasyim Asy’ari lahir pada tanggal 14 Februari 1871 di Gedang, Jombang, Jawa Timur. Ia merupakan putra ketiga dari Kiai Asy’ar dan Nyai Halimah.
Setelah mengenyam pendidikan di Jawa dan Mekkah, ia kemudian mendirikan NU bersama beberapa tokoh Islam lainnya di Jawa Timur.
KH Hasyim Asy’ari bukan hanya salah satu pendiri NU, tapi juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia.
Perjuangannya melawan penjajah terhadap Indonesia diwujudkan melalui pendidikan mendirikan Pesantren Tebuireng di Jombang.
Tebuireng dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap modernisasi dan industrialisasi oleh penjajah yang memeras sumber daya rakyat.
Bahkan KH Hasyim Asy’ari kemudian mengeluarkan fatwa haram bagi masyarakat Indonesia untuk berhaji dengan lembaga dari Belanda.
KH Hasyim Asy’ari adalah ayah dari KH Wahid Hasyim, salah satu pahlawan nasional penyusun Piagam Jakarta. Beliau juga merupakan kakek dari KH Abdurrahman Wahid, Presiden keempat Republik Indonesia.
Beliau wafat pada tanggal 25 Juli 1947 dan dimakamkan di Kompleks Pesantren Tebuireng.
2. KH Abdul Wahab Hasbullah
KH Abdul Wahab Hasbullah adalah salah satu ulama bersama KH Hasyim Asy’ar yang turut serta dalam sikap NU.
beliau mendirikan media atau surat kabar “Soeara Nahdlatul Oelama” dan “Berita Nadhlatul Ulama”.
Lahir di Jombang pada 31 Maret 1888, tumbuh menjadi seorang ulama dengan pandangan modern.
Ia adalah seorang ulama yang mengkampanyekan kebebasan berpikir bagi umat Islam di Indonesia.
Gagasan tersebut ia ungkapkan dengan mendirikan kelompok diskusi bernama Tashwirul Afkar di Surabaya pada tahun 1941.
Seiring berjalannya waktu, grup diskusi ini berkembang dan menjadi sangat populer di kalangan pemuda bahkan menjadi wadah komunikasi dan pertukaran informasi antar tokoh bangsa.
3. KH Bisri Syansuri
KH Bisri Syansuri lahir pada tanggal 18 September 1886 di Tayu, Pati, Jawa Tengah dari pasangan Syansuri dan Mariah.
beliau adalah seorang pengusaha yang mendirikan kelompok diskusi Taswirul Afkar di Surabaya bersama Kh Abdul Wahab Hasbullah.
Selain itu, ia juga berperan aktif dalam diskusi-diskusi tentang hukum Islam yang sering diadakan di pondok pesantren yang kemudian mendirikan NU.
Di NU, beliau mencoba mengembangkan panti asuhan dan layanan kesehatan yang dirintisnya di berbagai tempat.
Inilah tiga tokoh ulama yang terlibat dalam organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU). Nahdlatul Ulama juga merupakan salah satu tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia. (merah).