INTRA62.com – Usaha rumahan produksi kerupuk opak di Desa Meunasah Dayah, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, tak tangung-tangung dalam sebulan mampu memproduksi hingga ratusan kilo kerupuk opak.
Salah satu pengrajin mitra binaan CSR Pertamina Perta Arun Gas (PAG) yakni Fitrani, mengungkapkan, industri rumahan ini adalah inisiatif para petani yang kesulitan menjual singkong yang tumbuh banyak di perkampungan.
Pasalnya hingga kini masyarakat masih tetap membudidayakan singkong, lantaran tumbuhan tersebut mudah ditanami dan tidak terlalu ribet diurus. Hal tersebut menyebabkan singkong berlebih menjadi sulit untuk dijual.
Beda dengan masa saat resesi ekonomi sekitar tahun 1964 hingga 70an, dimana singkong dijadikan makanan pokok selain nasi.
“Awalnya itu ide seorang petani yang ingin singkong tetap bisa dinikmati, meskipun tidak lagi dijadikan makanan pokok. Namun tetap bisa dinikmati sebagai kerupuk yang bisa dimakan setelah digoreng,” ujar Fitriani.
Menurutnya, kerupuk opak dapat diolah dengan mudah, tetapi sedikit sulit saat musim penghujan. Lantaran pembuatan opak, harus melalui proses pengeringan di akhir tahapan.
Baca juga:
- Tips Memulai Usaha / Bisnis Untuk Ibu Rumah Tangga
- Rekomendasi Bisnis Kuliner Viral yang Banyak Peminatnya
Proses pembuatan kerupuk opak, jelas Fitriani, pertama-tama singkong yang sudah direbus kemudian dihancurkan lalu dikukus. Kemudian dijadikan adonan dengan campuran garam serta penyedap rasa tanpa menggunakan bahan pengawet.
Setelah ubi yang sudah dicampur bahan masakan yang menjadi adonan dibentuk lingkaran yang tipis. Nah setelah itu tahapan akhir proses pembuatan, singkong yang telah berubah menjadi lingkaran tersebut dijemur sampai kering.
Menurut Fitriani, dalam dua hari pihaknya menghabiskan 50 kilogram bahan baku ubi yang menghasilkan 25 kilogram kerupuk opak. Sementara dalam sebulan, pihaknya mampu menghasilkan sekitar 370 kilogram kerupuk opak yang siap dipasarkan, dengan penghasilan perbulan sekitar Rp 2 juta sampai 3 juta.
Usaha kerupuk opak rumahan ini tentu sangat membantu ekonomi keluarga warga sekitar. Terutama sangat dirasakan saat dimana produksi ubi yang dihasilkan masyarakat sulit untuk dijual.