Jakarta , Intra62.com . Sorgum dianggap sebagai tanaman “ajaib” dan dianggap dapat menyelesaikan dua masalah besar Indonesia: swasembada energi dan pangan.
Sorgum dapat berfungsi sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM). Pertamina (Persero) tengah saat ini berusaha untuk meningkatkan penggunaan tanaman sorgum sebagai sumber bioetanol untuk campuran bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin.
Karena itu, sorgum memiliki potensi besar untuk membantu Indonesia mencapai swasembada energi dan pangan.Sorgum dianggap sebagai tanaman “ajaib”. Tanaman serealia dianggap dapat menyelesaikan dua masalah utama Indonesia: swasembada energi dan pangan.
Tantangan Energi dan Pangan
Sebuah laporan dari Bank Dunia dan Badan Pangan Dunia (FAO) menunjukkan bahwa konflik geopolitik dan perubahan iklim telah mengganggu produksi makanan di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan harga komoditas pangan melonjak, termasuk gandum, yang masih menjadi kebutuhan utama Indonesia.
Impor gandum Indonesia pada tahun 2023 meningkat 13% dari tahun sebelumnya, menurut BPS.
Sorgum mulai dilirik sebagai pengganti gandum lokal saat impor gandum mencapai sekitar 10 juta ton per tahun. Meskipun demikian, bagaimana posisi Indonesia dalam hal penggunaan sorgum dibandingkan dengan negara-negara penghasil sorgum utama lainnya?.
Baca juga : Wapres Gibran: Indonesia komitmen pererat kerja sama dengan China
Laporan terbaru dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menunjukkan bahwa Amerika Serikat (AS) berada di puncak produksi sorgum global, diikuti oleh Nigeria, Brasil, dan Sudan.
Negara-negara ini bergantung pada sorgum sebagai sumber makanan utama mereka. Namun, Indonesia mulai mempertimbangkan untuk menggunakan sorgum sebagai alternatif lokal untuk mengurangi ketergantungannya pada impor dan menahan tekanan harga komoditas global.
Potensi Sorgum Tersembunyi
Meskipun sorgum telah dibudidayakan di Indonesia sejak abad ke-4, Indonesia tidak dianggap sebagai produsen sorgum utama. Antara tahun 1990-dan 2010, luas panen sorgum di Indonesia masih terbatas, sekitar 25.000 hektar. Terlepas dari upaya pemerintah untuk merevitalisasi sorgum dalam beberapa tahun terakhir, pengembangannya masih jauh di belakang negara-negara penghasil utama lainnya.
(redx)