Jakarta, Intra62.com. Meskipun program deradikalisasi sering dianggap tidak efektif, banyak mantan narapidana terorisme (napiter) yang merasakan manfaatnya.
Deradikalisasi sangat membantu seorang mantan napi Pontianak di Kalimantan Barat.
Salyo Salyo, 42 tahun, yang juga dikenal sebagai “napiter”, ditahan selama tiga tahun (2019–2022) karena berniat merampok bank di Surabaya, Jawa Timur untuk membuat bom dan membeli senjata api untuk dikirim ke kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah.
Saat menjadi warga binaan Kebaya Pemasyarakatan Khusus Terorisme (Lapsuster) di Lapas Kelas II B Sentul, dia mengikuti program deradikalisasi. Saat itu, dia mengikuti pelatihan kerja di Pusat Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Salim mengatakan bahwa ia menerima pelatihan sambil melakukan tindakan deradikalisasi lainnya. Tujuannya adalah untuk menghilangkan pemahaman radikal para napiter.
Pelatihan itu meminta saya dan napiter lainnya untuk memilih minat masing-masing. Ada yang tertarik untuk menjadi montir, penjahit, dll. Saya belajar membuat mebel atau kayu karena dasar saya adalah tukang bangunan. Saat dihubungi pada Selasa, 16 Juli 2024, Salim menyatakan, “Dari situ saya punya cita-cita mau buka usaha mebel kalau sudah bebas.”
Salim mengatakan bahwa dia mendapatkan banyak pelatihan selama tahanan, termasuk pemahaman tentang manfaat dan kelemahan berbagai jenis kayu.
Baca juga : Rutan Kelas I Cipinang Sukses Selenggarakan Acara Musik Akademi
Menurut Salim, pelatihan itu memberi saya banyak pengetahuan yang belum pernah saya ketahui sebelumnya. Salah satunya adalah tentang kelebihan dan kekurangan setiap jenis kayu serta penggunaan lem yang tepat untuk setiap jenis kayu.
Salim menyatakan bahwa ia sangat tertarik untuk menjadi instruktur kayu, dan ia telah berlatih secara teratur selama sekitar 1,5 tahun. Kegiatan ini diadakan empat kali seminggu, setiap Senin-Kamis mulai pukul 9 pagi hingga 3 sore.
Selama pelatihan tersebut, Salim mengasah kemampuannya sebagai tukang kayu dengan bantuan instruktur atau instruktur. Misalnya, ia dididik untuk membuat meja, kursi, dan lemari dari kayu, bahkan miniatur.
Ketika Bebas ,Merintis Usaha
Selain itu, Salim bersyukur telah berpartisipasi dalam program deradikalisasi karena ia memiliki kesempatan untuk menggunakan pengetahuannya untuk memulai bisnis ketika ia bebas.
Dia mengatakan, “Alhamdulillah ketika saya bebas, ilmu-ilmu itu menjadi bekal untuk merintis usaha mebel.”
Salim mengatakan, “Saya ingin menerapkan semua pengetahuan yang saya pelajari selama pelatihan di BNPT. Saya tidak mau menyia-nyiakan apa yang saya pelajari. Alhamdulillah, semua pengetahuan itu sangat membantu saya membuka usaha mebel saya sendiri.”
Meskipun saat ini hanya dijalankan dari rumahnya yang merangkap bengkel kayu di Pontianak, bisnis mebel Salim tengah berkembang pesat. Pesanan berasal dari luar dan dalam kota Pontianak. Backdrop, partisi, lemari, dan set dapur adalah beberapa barang yang banyak dipesan oleh pelanggan.
Salim juga dapat mempekerjakan antara dua dan enam orang karyawan untuk membantu bisnisnya, tergantung pada jumlah pesanan yang diterima. “Harapan saya ke depan mudah-mudahan bisa punya toko mebel sendiri,” katanya. (redx)