Jakarta, INTRA62.com – Masjid Al Jabbar merupakan Masjid yang baru-baru ini diresmikan. Di Masjid Al Jabbar terdapat Galeri Rasulullah dan Sejarah Islam Nusantara. Masjid Al Jabbar sendiri terletak di Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (28/3/23).
Salah satu tempat dari 4 bagian utama Al Jabbar adalah Galeri.
Jadi ada 4 Kawasan di Masjid Al Jabbar, 1 Masjid di atas, 2 Galeri Rasulullah dan Sejarah Islam, 3 kolam retensi pengendali banjir, dan keempat taman yang mengelilingi,” ujar Emil.
Baca juga : Wisata Religi Makam Kramat Di Masjid 1.000 Pintu, Tangerang Banten
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat yang bekerja sama dengan pihak ke-3 akan mengelola galeri itu.
Untuk biaya operasional dan pemeliharaan, akses masuk Galeri akan ditarifkan.
Tetapi, Emil memastikan akan memberikan diskon untuk golongan tertentu.
“Golongan Masyarkat seperti anak sekolah, difabel, dan lainya, nanti ada diskon,” katanya.
4 Zona Galeri
Ija Sutana selaku Kurator galeri dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung menjelaskan secara umum ada 4 zona yang akan disajikan.
4 Zona tersebut adalah Zona Pra-Kenabian, Zona Mekkah, Zona Madinah, dan Zona Penyebrangan Islam Nusantar, dan Jawa Barat.
Dalam ruang konten yang terbatas, 4 zona itu dipilih untuk merangkum informasi penting peradaban islam.
“Karena bila ingin mennyampaikan hal detail kan enggak mungkin, Jadi (Zona) yang kami pilih adalah priotas informasi,” katanya.
Yang ia soroti salah satuny adalah sejarah datangnya Islam ke Nusantara sampai ke Jawa Barat.
Topik tersebut diangkat agar masyarakat tahu bagaimana proses agama itu masuk.
“Agar tahu bahwa Jawa Barat itu tidak tiba-tiba jadi muslim (ada prosesnya), dan juga untuk menghargai jasa-jasa masa lalu,” ungkapnya.
Konten Galeri
Konten Galeri di Masjid Al Jabbar dikerjakan oleh PT Sembilan Matahari senilai Rp14,5 miliar.
Tidak ada acuan terkait penerapan teknologi di galeri tersebut. kata CEO PT Sembilan Matahari Adi Panuntun.
Semua penggunaan teknologi mulai dari augmented reality (AR), table mapping, sampai video mapping dibuat menyesuaikan narasi yang ingin disampaikan oleh Masjid Al Jabbar.
“Story dan Konten dulu barulah melibatkan teknologi. Jadi tida ada acuan spesifik, kami hanya mengadopsi dari beberapa galeri dan juga karena yang memimpin gale ini adalah narasi yang ingin disampaikan,” terangnya.