Yogyakarta, Intra62.com – Perjalanan menggali kebudayaan lokal dan mancanegara Vivi Chairman selaku Founder Color of Indonesia (COI) yang telah banyak berkiprah dalam penyelenggaraan agenda kebudayaan dalam negeri maupun di berbagai belahan dunia. Konsistensi Vivi dalam melakukan agenda tahunan Indonesia Internasional Culture Festival (IICF).
Peningkatan kebudayaan dalam negeri Vivi bersama Sesepuh HB VIII meninjau Kampoeng Pitoe Gunung Kidul, Yogjakarta, Minggu (22/2/24), sekarang ini menurut juru kunci generasi ke 5 Suroso masih berjumlah 7 Kepala Keluarga dengan penghuni 32 orang.
Kampung Pitu sendiri adalah salah satu kampung kecil yang berada di puncak Gunung Api Purba Nglanggeran, Yogyakarta. Sesuai dengan namanya, kampung ini hanya dihuni oleh sebanyak 7 keluarga. Namun ada beberapa alasan tersendiri mengapa kampung itu hanya dihuni oleh 7 keluarga.
Menurut beberapa sumber, Konon apabila kampung itu dihuni lebih dari 7 keluarga, maka salah satu dari keluarga itu akan pergi dengan sendirinya. Entah karena tidak betah dan memilih pergi, atau pergi untuk selamanya atau meninggal dunia.
Sementara itu jika jumlah keluarganya kurang, maka secara otomatis akan terisi dengan sendirinya.
Asal Mula Kampung Pitu
Awalnya kampung itu bernama Tlogo Goyangan. Namun sudah sekian lama juga kampung itu berubah nama jadi Kampung Pitu.
Ketika ditanya soal sejarah terbentuknya Kampung Pitu, dia mengatakan tempat itu sudah tercipta sedemikian rupa oleh Tuhan.
Hanya Bisa Dihuni Tujuh Kepala Keluarga
Sesuai namanya, Kampung Pitu hanya bisa dihuni oleh 7 kepala keluarga. Dulunya pernah ada kejadian sebuah keluarga yang anggotanya meninggal semua dikarenakan tetap memaksa tinggal di situ. Padahal kampung tersebut telah berjumlah 7 kk.

Aksara Empat dan Aksara Lima
Narasumber mengatakan ada kewajiban yang harus dipenuhi oleh penduduk asli yaitu melakukan “aksara empat” dan “aksara lima”. Ketika ia meninggalkan aksara tersebut, kemungkinan besar ia akan tiada.
Namun saat ditanya lebih lanjut apa arti dari kedua istilah itu, Ia mengatakan itu adalah sebuah rahasia dan syarat tersendiri jika ingin diketahui orang lain.
Selain itu, berat bagi orang luar untuk punya keinginan tinggal di Kampung Pitu. Hal ini dikarenakan orang yang sudah boleh tinggal di situ adalah mereka yang sudah mendapatkan “wahyu”.
Setelah diperbolehkan tinggal, mereka juga harus menjalankan kejujuran, menjalin hubungan yang baik dengan penduduk lain, dan ikut melestarikan kampung.
Meski begitu, selama ini kehidupan masyarakat di sana selalu berkecukupan. Bahkan Ketika tempat lain di Gunung Kidul kesulitan air, tapi di sana air selalu tersedia.
Kinah Gadungwulung
Menurut Dedy Setyawan, Ketua RT Kampung Pitu, cikal bakal adanya Kampung Pitu berasal dari seorang kakek bernama Eyang Iro Kromo. Dia adalah orang yang pertama kali tinggal di Kampung Pitu.
“Eyang mengetahui di sini ada sebuah pohon, namanya Kinah Gadungwulung. Dari pihak Kraton, siapa yang bisa menjaga pohon tersebut nantinya akan diberi lahan untuk anak cucunya kelak,” kata Dedy.
Baca juga:
- “Indonesia Berbudaya Aspirasi” Yayasan COI Bersama AWDI Wujudkan IICF Mancanegara
- Wasekjend AWDI Vivi sandra putri Sukses IICF 2nd di Jakarta lanjut di Thailand Festival