Jakarta, Intra62.com – Amerika Serikat semakin bertekad untuk memblokir TikTok setelah DPR mengeluarkan rancangan undang-undang (RUU) yang meminta pengembang aplikasi asal China, ByteDance, untuk melakukan divestasi dari perusahaan tersebut pada Rabu (13/3/24). Jika tidak, TikTok akan dihapus dari toko-toko aplikasi AS.
Undang-Undang Melindungi Orang Amerika dari Aplikasi yang Dikendalikan oleh Musuh Asing tersebut disahkan dengan dukungan bipartisan yang sangat besar, menerima 352 suara yang mendukung, dan hanya 65 suara yang menentang.
Banyak anggota dewan Amerika Serikat berpendapat aplikasi TikTok memungkinkan pemerintah China untuk mengakses data pengguna dan mempengaruhi warga Amerika melalui algoritma platform video pendek itu.
Gedung Putih mendukung RUU tersebut dan Presiden Joe Biden mengatakan dia akan menandatanganinya apabila RUU tersebut disetujui Kongres.
Namun, para anggota dewan dan Gedung Putih berselisih dengan banyak dari 170 juta pengguna TikTok di AS serta kelompok-kelompok kebebasan sipil dan hak-hak digital yang mengatakan pelarangan tersebut akan melanggar kebebasan berbicara.
Di sisi lain, perjalanan RUU ini masih panjang, termasuk disahkan oleh Senat AS, majelis tinggi legislatif AS.
Dorong ByteDance divestasi
Pertarungan dengan TikTok adalah babak terbaru dalam persaingan AS vs China dan upaya Washington untuk mencegah kemungkinan pengaruh asing.
Dalam kasus TikTok, anggota dewan AS khawatir ByteDance diam-diam dikendalikan oleh Partai Komunis China. Perusahaan tersebut membantah tuduhan bahwa mereka membagikan data sensitif pengguna kepada pemerintah China.
“ByteDance tidak dimiliki atau dikendalikan oleh pemerintah China. Ini adalah perusahaan swasta,” kata CEO TikTok Shou Chew dalam kesaksiannya di depan Kongres pada Maret 2023, mengutip Aljazeera, Jumat (15/3/24).
Baca juga:
- Januari-Februari 2024, Impor Beras RI Capai 880 Ribu Ton
- Netralitas Presiden Jokowi Dipertanyakan PBB, Apa Urusannya?
Namun, regulator China memiliki sejarah panjang dalam menindak perusahaan teknologi dalam negeri. Negara China juga terkenal karena menyensor konten yang sensitif secara politis dan memblokir pengguna mengakses media sosial dan jejaring sosial Barat melalui firewall besarnya.
Marco Rubio, wakil ketua Komite Khusus Intelijen Senat dari Partai Republik, mengungkapkan ketakutan ini pada sidang tahunan pekan ini tentang “penilaian ancaman di seluruh dunia” dengan menyebut “setiap perusahaan di China dikendalikan oleh Partai Komunis China,” termasuk ByteDance.
“Mereka kebetulan mengendalikan perusahaan yang memiliki salah satu algoritme kecerdasan buatan terbaik di dunia. Algoritme inilah yang digunakan di negara ini oleh TikTok, dan menggunakan data orang Amerika untuk membaca pikiran Anda dan memprediksi video apa yang ingin Anda lihat,” katanya.
Gedung Putih dan banyak anggota dewan AS percaya penjualan TikTok kepada “pembeli yang memenuhi syarat” akan memutus pengaruh China.