Jakarta, Intra62.com – Mahfud MD menegaskan tidak ada rencana atau pun wacana dari Pemerintah untuk menunda Pemilu 2024 . Kata Mahfud MD, Pemilu 2024 akan berlangsung tetap pada koridor yang telah ditetapkan.
“Tidak ada perpanjangan, tidak ada penundaan. Itu yang ditunjukkan Pemerintah dengan semua instrumen yang dipersiapkan . Dan saya salah seorang yang bertanggung jawab agar Pemilu itu terlaksana dengan baik,” ujar Mahfud MD kepada wartawan, Selasa (28/2/2023).
Sebelumnya, Mahkamah Konstitusi (MK) menolak perpanjangan masa jabatan presiden yang diajukan oleh pemohon, Herifuddin Daulay. Putusan ini disampaikan dalam sidang perkara Nomor 4/PUU-XXI/2023, Selasa (28/2/2023).
Bacajuga : Ketum Parpol Sepakat Tolak Pemilu Tertutup, Golkar : Ini Terkait Kedaulatan Rakyat
Mahfud MD menegaskan tidak ada rencana atau Putusan pemilu 2024
Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir . Menjatuhkan putusan dalam perkara pengujian UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,” kata Ketua Majelis Hakim Anwar Usman dalam pembacaan persidangan. “Mengadili menyatakan menolak permohonan pemohon tidak dapat diterima,” kata Anwar Usman saat membacakan amar putusannya.
Namun terdapat dua hakim yang memiliki pendapat berbeda terkait putusan hal tersebut. Pemohon bernama Herifuddin Daulay mengajukan uji materiil Pasal 169 huruf n dan Pasal 227 huruf i Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu) . Uji ini terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).
“Pemohon merasa telah dirugikan hak konstitusionalnya dengan telah diberlakukannya norma Pasal a quo tentang adanya pembatasan pribadi jabatan Presiden. Hanya boleh mendaftar dan atau terpilih untuk 2 (dua) kali masa jabatan,” tulis Humas MK.
Mahfud MD Tidak ada rencana menunda Pemilu 2024
Pemohon beranggapan orang yang kompeten untuk jabatan presiden hanya sedikit . Sehingga pembatasan tersebut akan mengakibatkan pemimpin yang terpilih adalah orang yang tidak berkompeten. Selanjutnya Pemohon menilai, terdapat kesalahan dalam teks Pasal 7 UUD 1945 tentang jabatan Presiden, baik kesalahan karena penulisan teks atau kesalahan dalam memahami teks. Kesalahan secara implisit mengandung makna “bila” yaitu terkandung makna “Kondisional bersyarat”. “Kesalahan tersebut adalah karena teks tersebut mengambang dalam pengertiannya,” ucap pemohon.
Dengan makna kondisional bersyarat tersebut maka diperlukan peraturan tambahan untuk menguatkan maksud dari norma dimaksud. Sehingga secara keseluruhan makna utuh dari Pasal 7 UUD 1945 adalah hanya diutamakan untuk ditetapkan 2 (dua) kali masa periode dan jika diinginkan .
Melalui pembiaran atau keputusan peradilan konstitusi yaitu oleh Mahkamah Konstitusi. Ada pun peraturan tambahan berupa Pasal 169 huruf n dan Pasal 227 huruf i pada UU Pemilu menurut Pemohon menjadi pokok dasar dari adanya pembatasan pribadi jabatan calon Presiden dan atau Wakil Presiden untuk menjabat lebih dari dua kali masa jabatan baik secara berturut-turut maupun berselang.