Jakarta , Intra62.com . Investor Ketar ketir APBN Jebol , Jika Rupiah terus Anjlok . Pemerintah menganggap pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terjadi beberapa hari terakhir di kisaran Rp 16.400. Lebih disebabkan oleh sentimen negatif pelaku pasar keuangan terhadap masalah global.
Mereka tidak lagi mengingat masalah kesinambungan fiskal di dalam negeri yang sempat membuat rupiah terkapar di atas Rp 16.400/US sejak pekan lalu.
Pemerintah dan tim sinkronisasi Presiden Terpilih Prabowo Subianto mengadakan konferensi pers awal pekan ini . Untuk membantah kekhawatiran pelaku pasar keuangan mengenai APBN 2025.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengatakan pergerakan kurs rupiah saat ini lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor negatif di seluruh dunia.
Seperti tensi geopolitik yang terus meningkat di berbagai negara dan tren suku bunga acuan yang tinggi yang akan bertahan lama.
Dalam konferensi pers online APBN pada Jumat (28/6/2024), Febrio menyatakan, “Tentang rupiah bahwa saat ini terjadi tensi geopolitik yang tinggi, di sisi lain kita masih melihat kondisi pasar global yang diwarnai terutama lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.”
Baca juga Pelemahan Rupiah Anjlok Terjun Bebas , Begini Alasan Sri Mulyani . http://dollar terjun bebas
Mereka percaya bahwa kemungkinan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) Fed Fund Rate tidak akan turun secara cepat tahun ini adalah sentimen utama di pasar keuangan.
Menurutnya, jika tahun ini terjadi beberapa revisi ekspektasi pasar dan konsensus akhirnya adalah satu kali Fed Fund Rate 2024 ini. Tentunya ini akan disertai dengan ketidakpastian, jadi dari sisi kita harus tetap antisipasi.
Febrio tidak mengaitkan sentimen negatif di dalam negeri. Sebaliknya, ia mengatakan bahwa berbagai komponen yang mendorong perekonomian nasional masih berjalan dengan baik. Kinerja neraca perdagangan terus menunjukkan surplus.
Tidak diragukan lagi, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar US$ 2,93 miliar pada Mei 2024, memperpanjang tren surplus ini menjadi 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Eksport Import berada diteritorial Negatif
Febrio mengatakan, “Ekspor impor kita relatif selalu berada di teritori negatif pertumbuhannya pada 2023. Akan tetap di 2024 ini sudah mulai swing dan kami harap berlanjut terutama dari sisi ekspor sudah mulai cukup positif.”
Menurutnya, meskipun ekonomi dunia masih dibayangi, terutama negara tujuan ekspor kita seperti China, India, dan sebagainya. Dia melihat masih ada prospek sisi manufaktur kita mulai bisa mengekspor lebih banyak dan pertumbuhan positifnya tahun ini akan menjadi faktor positif.
Pada perdagangan Kamis (27/6/2024), rupiah berhasil ditutup menguat tipis dan keluar dari level psikologis Rp16.400/US$. Indeks dolar AS juga terdepresiasi sedikit sebesar 0,06% menjadi 105,98.
Dalam konferensi pers, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Thomas Djiwandono, anggota Bidang Keuangan Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Pemerintahan.
Memastikan bahwa pemerintahan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka akan tetap menjalankan APBN 2025 dengan hati-hati. Termasuk mempertahankan rasio utang terhadap PDB sebesar 60% dan ambang defisit maksimal 3% dari PDB.
Mereka menyatakan pernyataan tersebut sebagai tanggapan atas masalah yang muncul dalam beberapa pekan terakhir.
Bahwa pemerintahan Prabowo berencana menaikkan rasio utang Indonesia terhadap PDB hingga 50%. Hal ini menunjukkan bahwa defisit APBN akan melampaui batasan 3% terhadap PDB yang ditetapkan oleh Undang-Undang Keuangan Negara. ( redx)