Jakarta , Intra62.com . Peneliti BRIN sebut saya siap di Penjara . Pernyataan ini keluar dari salah satu peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional ( BRIN ) Andi pangerang Hasannudin ( AP ) yang bernada ancaman bagi warga Muhammadiyah ( twitter@HisyamMochtar ).
Belakangan ini Publik dibuat kaget dan shock dengan pesan bernada ancaman dari sebuah instansi pemerintah . Yang notabene adalah lembaga penelitian yang mestinya berfikir obyektif berdasar keilmuan yang dimiliki .
Perbedaan penentuan 1 syawal memang menjadi debatable . Karena ada dua metode ayng dipakai oleh dua organisasi islam terbesar di Indonesia yaitu NU dan Muhammadiyah . Sejak pemerintahan orde baru sudah sering kali warga merayakan iedul Fitri dengan kondisi yang berbeda.
Dan hal itu sudah dianggap sebagai sebuah keniscayaan akan penggunaan dua pendekatan metode yang berbeda . Pernah di era mbah Hasim As’ari waktu beliau mengetahui bahwa ada putra mantu beliau KH maksum Ali menggunakan Hisab dalam penentuan 1 syawal . Namun oleh Mbah Hasyim As’ari dipersilakan saja asal tidak mengajak kelompok dan tidak mengkhabarkan secara umum .
Maka ketika KH maksum Ali mengkhabarkan secara umum tentang hasil Hisabnya . Kemudian ditegur oleh Mbah Hasyim As’ari , bahwa hal itu tidak boleh diteruskan . Dikarenakan yang mempunyai kewenangan mengumumkan adalah pemerintah . Sejak saat kejadian itu PBNU pada Muktamar 1956 menjadikannya sebagai pedoman .
Seperti juga disampaikan oleh Gus Baha , perbedaan pendapat mestinya tidak dibawa dalam ranah politik . Karena perbedaan itu bisa di kaji secara ilmiah dengan menggunakan Ilmu Falak sebagai basis keilmuan . Sehingga tidak akan muncul stigma bahwa kalau NU menggunakan Ru’yatul Hilal dan Muhamadiyyah menggunkan Hisab .
Baca Juga : Mufakat 1 syawal pemerintah Sabtu 22 April 2023
Sekjend AWDI sebut peneliti BRIN offside
Melihat komentar bernada ancaman tersebut , menurut AP dia merasa emosional dalam ikut merespon pernyataan FB Thomas Djamaluddin. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Thomas Djamaluddin yang berkomentar di media sosial soal Muhammadiyah tidak taat pada pemerintah dalam hal penentuan Hari Raya Idul Fitri menuai kritik.
Kritikan yang tajam juga disampaikan oleh Sekretaris Jendral Asosiasi Wartawan Demokrasi Indonesia (AWDI ) . Balham Wadja SH sebut bahwa pernyataan professor terlalu provatif dan ada unsur ketidaksukaan terhadap Muhammadiyah . Seorang professor mestinya mengedepankan kelimuan dan adab yang santun .
Dengan suhu politik ini yang sedang memanas , sebenarnya ada apa dengan Lembaga BRIN ? . Kenapa pendapat atau komentar seorang peneliti bisa offside , tidak pada tempatnya terkesan arogan dan liar . Apalagi sampai menyatakan akan membunuh dan siap dipenjara ,” ungkap Balham wadja SH dengan nada prihatin .
Lebih jauh beliau tambahkan mestinya PP Muhammadiyah juga mengikuti pemerintah . Karena Pemerintah lah yang punya kewenangan dalam mengumumkan ke rakyat seluruh Indonesia , ” imbuhnya . Sehingga ke depan bisa ada persatuan dan kebersamaan dalam menjalankan Ibadah Sholat Ied .
Beliau mengajak seluruh komponen bangsa untuk tidak membuat gaduh lebih dalam mendekati Pilpres 2024 . Dan meciptakan iklim yang kondusif bagi kelangsungan kepemimpinan NKRI ke depan . ( Tim red )