.. Jakarta, Intra62.com – Kesehatan Mental Remaja, Membangun Masa Depan yang Kuat. Masalah Kesehatan tidak hanya mencakup fisik semata, namun didalamnya juga mencakup kesehatan mental/jiwa. Kesehatan fisik dapat dilihat secara kasat mata dan dapat dicapai dengan cara-cara yang relatif lebih mudah, seperti dengan cara menjaga dan membangunya.
Hal kesehatan mental remaja dimulai sejak dini dimulai dalam internal lingkungan keluarga tentunya. Pengaruh besar juga akibat distorsi lainya dari faktor eksternal lingkungan pendidikan dan pergaulan menjadi perhatian serius. Era digilitalisasi saat ini dominan sangat rentan mempengaruhi tumbuh kembang kesehatan perkembangan mental butuh perhatian serius menyebabkan kurangnya berkomunikasi dan interaksi sosial.
Membangun kesehatan tumbuh kembang mental remaja hampir sebagian waktu diperoleh dari eksternal baik dalam bentuk formal maupun informal. Masa depan remaja yang kuat perlu dipersiapkan mental kuat antaralain tidak mudah menyerah memiliki dasar fundamental bernegara dengan kemampuan berpikir. Dan berpikirinovasi untuk melakukan lompatan besar yang rasional ,sehingga mampu untuk bersaing di masa depan.
“Kita ketahui bahwa tuntutan di era sekarang remaja butuh dibekali mental dan konsep pengetahuan berpikir guna menghadapi persaingan ketat tidaklah mudah,” ujar bung Leo penggiat peduli sosial AWDI.
Menurut catatan organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2015 hampir 20% persen anak penduduk dunia mengalami gangguan kesehatan mental sangatlah krusial .
Khususnya remaja dalam kesetaraan dunia nantinya. Maka mental remaja perlu dibangun untuk menyongsong masa depan yang kuat agar mampu bersaing.
Bagaimana kita bisa membangun dan bertanding dalam persaingan masa depan jika kita tidak serius ditangani dari sekarang. Secara global, diperkirakan 1 dari 7 (14%) anak usia 10–19 tahun mengalami kondisi kesehatan mental (1), namun sebagian besar kondisi ini masih belum diketahui dan diobati.
Remaja dengan kondisi kesehatan mental sangat rentan terhadap pengucilan sosial, diskriminasi, stigma (yang mempengaruhi kesiapan untuk mencari bantuan), kesulitan pendidikan, perilaku mengambil risiko, kesehatan fisik yang buruk, dan pelanggaran hak asasi manusia. Secara global, diperkirakan 1 dari 7 (14%) anak usia 10–19 tahun mengalami kondisi kesehatan mental (1) , namun sebagian besar kondisi ini masih belum diketahui dan diobati.
Mental Remaja
Remaja dengan kondisi kesehatan mental sangat rentan terhadap pengucilan sosial, diskriminasi, stigma (yang mempengaruhi kesiapan untuk mencari bantuan), kesulitan pendidikan, perilaku mengambil risiko, kesehatan fisik yang buruk, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Baca juga:
Banyak cara dan metode dipergunakan untuk ini dengan sarana memadai khusus remaja. Misalnya gelangang remaja , fasilitas publik yang tersedia dengan bermacam kegiatan ekstra kulikuler baik formal dan informal . Dan guna memperoleh wawasan konkret. Selain itu, WHO sedang mengembangkan dan menguji intervensi psikologis yang terukur untuk mengatasi gangguan emosional remaja. Dan panduan mengenai layanan kesehatan mental untuk remaja.
“Terutama awal membangun mental remaja dengan niat keinginan . Dan berani tampil bersaing seperti pepatah Be Yours Self,” tutup bung Leo dengan sapaan bung Jack DPP AWDI.
Jika inipun tidak lantas akan menjadi titik kelemahan bagi mental remaja masa depannya . Tentu butuh bimbingan,pendampingan ekstra perhatian terukur serta terarah agar remaja untuk kedepannya seperti yang diharapkan. (elbees/intra62)