Jakarta, Intra62.com – Kasus Virus Marburg datang lagi, WHO waswas. Mendesak Guinea Khatulistiwa untuk membuka data terkait wabah penyakit ini muncul lagi dan menjadi epidemi di negara Afrika.
“Dirjen WHO mengetahui adanya kasus tambahan dan kami telah meminta pemerintah untuk melaporkan kasus ini secara resmi kepada WHO,” kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pernyataannya, Jumat (31/3/2023)
Baca Juga: Waspada Kasus COVID-19 Berisiko Tinggi Terpapar Varian Kraken
WHO menggerakan tim lanjutan di distrik yang terkena dampak untuk melacak kontak, mengisolasi, dan memberikan perawatan medis kepada korban yang terkena gejala penyakit tersebut.
Upaya juga sedang dilakukan untuk meningkatkan tanggap darurat dengan cepat, dengan WHO menerjunkan pakar darurat kesehatan di bidang epidemiologi, manajemen kasus, pencegahan infeksi, laboratorium. Dan komunikasi risiko untuk mendukung upaya tanggap nasional dan mengamankan kolaborasi masyarakat dalam pengendalian wabah.
WHO pun memfasilitasi pengiriman tenda sarung tangan laboratorium untuk pengujian sampel serta satu kit viral haemorrhagic fever yang mencakup alat pelindung diri yang dapat digunakan oleh 500 petugas kesehatan.
“Marburg sangat menular. Berkat tindakan cepat dan tegas oleh otoritas Guinea Khatulistiwa dalam mengonfirmasi penyakit tersebut, tanggap darurat dapat dilakukan dengan cepat. Sehingga kami menyelamatkan nyawa dan menghentikan virus sesegera mungkin,” ujar Dr Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika .
Kasus virus Marburg adalah penyakit yang sangat mematikan
Virus Marburg menyebabkan demam berdarah, dengan rasio kematian hingga 88 persen. Penyakit yang disebabkan oleh virus Marburg dimulai secara tiba-tiba. Tanda-tandanya seperti demam tinggi, sakit kepala parah, dan rasa tidak enak badan yang parah.
Banyak pasien mengalami gejala hemoragik parah dalam waktu tujuh hari. Virus ini dari kelelawar buah dan ditularkan kepada manusia. Lalu menyebar kontak langsung dengan cairan tubuh korban yang terinfeksi, permukaan dan bahan.
Belum ada vaksin dan obat khusus untuk kasus penyakit ini. Namun, saat ini ada 2 vaksin yang memasuki uji klinis fase 1 yaitu vaksin strain Sabin dan vaksin Janssen. (red)