Jakarta, INTRA62.com – Tupperware, merek wadah penyimpanan makanan dan minuman ini diketahui terancam bangkrut usai pihak perusahaan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki cukup dana untuk bertahan dalam waktu dekat.
Dilansir dari Bisnis.com pada Rabu (12/4/2023), manajemen Tupperware menyatakan bahwa kemampuan melanjutkan usaha sebagai bisnis yang berkelanjutan kini tengah diragukan. Perusahaan juga telah melibatkan penasihat keuangan untuk membantu menggalang dana.
Perusahaan juga mengatakan sedang menjajaki potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) dan sedang melakukan peninjauan portofolio real estatnya guna upaya penghematan uang potensial.
Tak hanya itu, New York Stock Exchange juga memperingatkan bahwa saham Tupperware terancam dihapus (bangkrut), dikarenakan tidak mengajukan laporan tahunan yang diwajibkan.
Sejarah
Dilansir dari Independent, Tupperware adalah merek asal Amerika Serikat yang didirikan oleh Earl Tupper, seorang ahli kimia pada 1946.
Pembuatan Tupperware berawal saat Tupper tengah bereksperimen dengan plastik, yang mungkin pada saat itu masih baru dan tidak populer. Plastik juga pada saat itu masih dianggap sebagai barang yang jelek, bau dan tidak berguna.
Namun di tangan Tupper, plastik yang tidak berguna berubah menjadi plastik yang dapat dicetak, fleksibel, dan tahan lama.
Selain itu, Tupper lanjut membuat tempat penyimpanan makanan dari tutup plastik yang tahan air dan kedap udara agar membuat makanan tetap segar.
Target Pasar
Tupperware pada awalnya menolak melakukan penjualan langsung kepada konsumen.
Perusahaan lebih memilih menjual langsung ke toko atau katalog. Namun, pada akhir 1940-an bisnis Tupperware mulai tidak baik-baik saja , dikarenakan jenis wadah plastiknya berbeda dari kebanyakan.
Pada tahun 1951, Tupper mempekerjakan seorang pelayan di perusahaan produk pembersih Stanley Home Brownie Wise.
“Home Party” adalah julukan untuk Stanley Home dalam cara menjual produknya langsung kepada ibu-ibu rumah tangga.
Wise pun sukses menjualkan Tupperware langsung kepada ibu rumah tangga. Bahkan, ibu rumah tangga tersebut ikut membantu menjual Tupperware.
baca juga : Tempat Populer di Yogyakarta yang Pas Buat Ngabuburit
Bukan hanya sekedar berjualan, kumpulan ibu-ibu tersebut juga dapat dikatakan sebagai komunitas yang berkembang pesat. Komunitas tersebut dikenal sebagai “Tupperware party”.
Pada tahun 1958, Wise sudah tidak lagi bekerja di Tupperware karena memiliki beberapa konflik dengan Tupper, namun ” Tupperware party” tetap terus berjalan.
Tupperware bahkan sampai mendunia dengan capaian penjualan di hampir 100 negara.