Jakarta ,Intra62.com . Jawa Tengah punya ” Melati ” Jadi Incaran Asing , Laku Obral di Negara Ini . Di Indonesia, melati dihormati sebagai simbol keanggunan dan kesucian. Melati memainkan peran penting dalam ritual keagamaan Bali, dan dalam tradisi Jawa, ia menghiasi pengantin, menambah pesona pada riasan adat.
Keunggulan estetika melati lebih dari sekedar itu. Bunga melati tersebar di seluruh dunia dan digunakan dalam minyak esensial, obat herbal, dan campuran teh. Akibatnya, melati menjadi komoditas berharga di pasar global.
Namun, di Indonesia, semerbak wangi melati sering dianggap mengerikan karena dikaitkan dengan kehadiran makhluk halus, seperti setan atau hantu.
Indonesia mengekspor beras dengan nilai yang mencolok ke seluruh dunia pada tahun 2023. Jawa Tengah menghasilkan bunga melatih tertinggi.
Thailand adalah pasar ekspor paling populer dengan nilai US$ 696.656 dengan berat 503,305 kg. Singapura, pasar utama lainnya, mengikuti dengan nilai ekspor US$ 671.432 dengan berat 261,754 kg melati.
Sebaliknya, China mengimpor melati untuk campuran teh, sebuah minuman yang disukai karena cita rasanya yang menenangkan dan aromanya yang unik. Penggunaan melati dalam berbagai acara keagamaan dan perayaan juga terkait dengan permintaan Arab Saudi.
Baca juga : Orang Terdekat Presiden Sebaiknya Tidak Berbisnis , Lha Apa Bisa ?
Provinsi penghasil melati terbesar di Indonesia adalah Jawa Tengah. Produksi mencapai 19.160.058 kg, atau 19.160 ton, pada tahun 2023 karena iklim dan tanah yang ideal untuk melati. Ketika ada tenaga kerja yang cukup, proses panen manual yang dilakukan dengan hati-hati juga dibantu.
Jawa Tengah Pusat produksi ?
Jawa Tengah memiliki keunggulan sebagai pusat produksi melati karena tradisi budidaya yang panjang. Provinsi ini tetap unggul dalam industri melati nasional berkat infrastruktur pertanian yang baik dan dukungan pemerintah daerah. Selain itu, pusat distribusi Jawa memudahkan akses ke pelabuhan utama, yang berfungsi sebagai jalur ekspor ke berbagai negara tujuan.
Kabupaten Batang, Pemalang, dan Pekalongan adalah pusat produksi BPS Jawa Tengah.
Tantangan masih ada. Cuaca dan jumlah tenaga kerja yang tersedia sangat memengaruhi produktivitas tanaman melati; untuk menjaga kesegaran bunga, panen biasanya dilakukan di pagi hari. Perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi dapat mempengaruhi jadwal panen dan kualitas hasil. Tetapi petani dipaksa untuk meningkatkan produksi dan kualitas melati karena tingginya permintaan pasar internasional.
Secara keseluruhan, industri melati Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang sangat besar. Permintaan besar dari Thailand dan China menunjukkan potensi ekspor yang terus tumbuh, dan kualitas dan keunggulan kami diakui di pasar global.
(Anisa-red)