Jakarta, Intra62.com – Para ekonom memperkirakan investasi akan melemah pada pemilu 2024. Namun sektor konsumsi cenderung meningkat seiring dengan pentingnya belanja calon legislatif (caleg).
Pertumbuhan investasi cenderung melambat pada tahun-tahun politik, kata Andry Asmoro, Kepala Ekonom Bank Mandiri, mengacu pada data pemilu sebelumnya. Dia mengatakan investor memilih menunda investasi hingga setelah pemilu. “Pasti ada unsur penantiannya,” kata Andy, Rabu (27/9/2023).
Baca Juga: Jejak Politik Jokowi Di Ikuti Keluarga
Andry mengatakan, untuk memutus siklus stagnasi investasi di tahun politik ini, pemerintah harus melanjutkan program tarik investasi yang sudah berjalan. Terkait program endorsement nikel, misalnya, ia mengatakan program tersebut bisa terus berlanjut di tengah peristiwa politik lima tahun sekali. “Nikel sudah dikerahkan dan transfer hilir ke industri lain juga bisa dilakukan,” ujarnya.
Andry yakin, ketika pemerintah bisa fokus melaksanakan program daya tarik investasi, maka aliran modal masuk ke dalam negeri akan tetap lancar. Ia menambahkan, pemerintah dapat meyakinkan investor bahwa pergantian kekuasaan tidak berarti program lama akan berakhir.
Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, mengatakan hal serupa. Ia memperkirakan Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan melemah setiap usai pemilu. Namun, dia mengatakan pelemahan tersebut bersifat sementara dan pulih setelah pemenang pemilu diumumkan.
Tren pelemahan terlihat pada pemilu 2004 dan 2009
Ia mengatakan, saat itu IHSG dan Rupiah cenderung melemah untuk sementara. Namun harga Rupiah dan IHSG kembali pulih setelah hasil pemilu diumumkan dan kondisi politik kembali stabil. “Ketika hasil pemilu diumumkan dan kondisi politik cenderung stabil, kepercayaan investor biasanya pulih dan indeks pasar keuangan kembali pulih,” tuturnya.
Josua mengatakan penelitiannya juga melihat tren perilaku investor asing saat pemilu. Di satu sisi, menurutnya, kegiatan pemilu mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Namun, sambungnya, di sisi lain, aktivitas penanaman modal asing cenderung menurun.
Kepala Pusat Ekonomi Makro Badan Kebijakan Perpajakan Kementerian Keuangan Abdurohman menilai kontribusi pemilu mampu mengimbangi dampak melemahnya perekonomian Indonesia. Pemilu 2024 diperkirakan memberikan kontribusi sebesar 0,2% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2023 dan 0,27% terhadap PDB pada tahun 2024.
“PDB tahun 2023 sekitar 0,2% dan tahun 2024 sebesar 0,27%, ini perhitungan awal kami,” ucap Abdurohman. Dia menjelaskan kontribusi terhadap PDB berasal dari belanja pemerintah untuk pemilu. Menurut dia, pada tahun 2023 saja pemerintah menganggarkan Rp11,52 triliun dan pada tahun 2024 jumlah tersebut akan meningkat menjadi Rp15,87 triliun.
Selain itu, Abdurohman mengatakan kontribusi terhadap PDB juga berasal dari belanja calon legislatif (caleg). Merujuk data tahun 2019, jumlah calon legislatif di Indonesia yang mencalonkan diri di DPRD tingkat provinsi dan kabupaten/kota berjumlah 258.631 orang; dan 8.037 orang memperebutkan kursi di DPR RI.
Abdurohman mengatakan, pemerintah memperkirakan setiap calon legislatif DPR RI akan mengeluarkan dana minimal Rp 1 miliar. Sedangkan untuk DPRD, calon masing-masing diperkirakan mengeluarkan dana hingga Rp500 juta. Menurut dia, pengeluaran calon legislatif akan tercermin pada konsumsi lembaga nirlaba yang melayani rumah tangga (LNPRT). Kontribusi konsumsi LNPRT diperkirakan sebesar 4,72% pada tahun 2023 dan 6,57% pada tahun 2024. (red/intra62)