Jakarta, Intra62.com – KLHK sebut ULM punya peran strategis dalam pengelolaan lahan basah. Menurut Hanif Faisol Nurofiq, Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Universitas Lambung Mangkurat (ULM) memiliki peran strategis dalam pengelolaan lahan basah yang berkelanjutan, kompetitif, dan berdaya saing di seluruh dunia.
Di Banjarbaru, Selasa, dia menyatakan bahwa ratusan penelitian telah dilakukan oleh akademisi ULM mengenai bidang lingkungan lahan basah. Tentu saja, ini memberikan solusi dalam memetakan kondisi dan potensi lahan basah khususnya di daratan Kalimantan Selatan.
baca juga : KLHK Melakukan Penyegelan di HPK yang Nakal
Saat Dies Natalis ke-66 ULM, Hanif memberikan orasi ilmiah berjudul “Mewujudkan peradaban ekologis”.
Selanjutnya, dia menjelaskan bagaimana ULM dapat membantu memanfaatkan lahan basah, terutama wilayah hutan di Kalimantan Selatan.
Konvensi Ramsar 1971 menyatakan bahwa lahan basah termasuk wilayah perairan alami atau buatan yang tetap atau sementara dengan air yang tergenang atau mengalir, tawar, payau, atau asin, dan lahan rawa, payau, gambut, dan lahan gambut yang kedalamannya pada waktu surut tidak lebih dari enam meter.
Salah satu jenis lahan basah yang menjadi fokus penyelamatan luasannya oleh pemerintah yakni mangrove yaitu komunitas vegetasi pantai tropis yang khas, tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut, terutama di laguna, muara sungai, dan pantai yang terlindung dengan substrat lumpur atau lumpur berpasir.
Peta Mangrove Nasional tahun 2021 melaporkan ekosistem mangrove eksisting Indonesia seluas 3.364.080 Ha, dan potensi habitat mangrove seluas 756.182,62 Ha.
Ada 106.037 hektar lahan gambut dan 84.532 hektar lahan mangrove. Dalam hal sosial, mereka dapat menyediakan sumber air, bahan baku industri, dan tempat rekreasi. Namun, komponen ekonomi dapat menghasilkan bahan bakar, produk industri, dan sumber makanan.
(red/ratna)